Tuesday, October 19, 2010

موقف الشيخ الأزهر من الشيعة

انتقد شيخ الأزهر الدكتور أحمد محمد الطيب بعض الفضائيات العربية بسبب ما تثيره من انقسامات بين السنة والشيعة في العالم الإسلامي.

وأكد رفضه القاطع لتكفير الشيعة في تلك الفضائيات قائلا "هذا شيء مرفوض وغير مقبول، ولا نجد له مبرراً لا من كتاب ولا سنة ولا إسلام. نحن نصلي وراء الشيعة فلا يوجد عند الشيعة قرآن آخر كما تطلق الشائعات، وإلا ما ترك المستشرقون هذا الأمر. فهذا بالنسبة لهم صيد ثمين ولي بحث في هذا المجال وجميع مفسري أهل السنة من الطبري وحتى الآن لم يقل منهم أحد إن الشيعة لديهم قرآن آخر".
ونقلت وكالة الأنباء الرسمية المصرية (أ ش أ) وغيرها من وسائل الإعلام الحكومية والخاصة فقرات مطولة من الحوار الذي أدلى به الطيب للصحافي اللبناني جهاد الزين ونشرته جريدة "النهار" الصادرة في بيروت، أمس الجمعة 15-10-2010، فيما يتعلق بالفتنة التي حمّل مسؤوليتها "لبعض الدول الإسلامية وبعض المتشددين".

وقال الطيب "نحن نصلي وراء الشيعة فلا يوجد عند الشيعة قرآن آخر كما تطلق الشائعات وإلا ما ترك المستشرقون هذا الأمر فهذا بالنسبة لهم صيد ثمين ولي بحث في هذا المجال وجميع مفسري أهل السنة من الطبري وحتى الآن لم يقل منهم أحد إن الشيعة لديهم قرآن آخر".

وأضاف "لا يوجد خلاف بين السني والشيعي يخرجه من الإسلام. إنما هي عملية استغلال السياسة لهذه الخلافات كما حدث بين المذاهب الفقهية (الأربعة) كل الفروق بيننا وبينهم هي مسألة الإمامة. فعندنا في السنة الإمامة بالاختيار والرسول صلى الله عليه وسلم ترك للمسلمين اختيار أئمتهم وخلفائهم وهم يقولون إن النبي صلى الله عليه وسلم أوصى للإمام علي (كرم الله وجهه). فلو اعتقدت أن سيدنا علي أولى بالخلافة ليست هناك مشكلة، ولو اعتقدت أن الأمة اختارت سيدنا أبا بكر وهو أولى لا توجد مشكلة لكن المشكلة في التوظيف وهناك مشاكل عن عامتهم من سب لأبي بكر والبخاري والمشكلة هي في التوظيف المغرض للاختلاف لضرب وحدة الأمة".

واستطرد شيخ الأزهر ردا على سؤال آخر"إذا ذهبت للعراق سأزور النجف. الأزهر واجبه الأول وحدة الأمة الاسلامية وكذلك تجميع المسلمين على رؤية واحدة مع اختلاف الاجتهاد ومستعد لزيارة أي مكان أجمع فيه المسلمين مع بعضهم والنجف بصفة خاصة".

وأضاف "أتمنى أن تكون زيارتي بعد حسم مسألة الحكومة لأن ذلك من الأمور التي تؤذينا. قلت للوفد العراقي الذي زارني مؤخراً (وفد مشترك من الأوقاف السنية والاوقاف الشيعية) سآتيكم وأنا أب للسنة والشيعة بشرط ألا تفسر زيارتي لصالح طرف على آخر".

Thursday, October 14, 2010

عيب المرء مراءة علي نفسه

Aib Kita Adalah Cermin Diri Kita Juga!
Tuesday, 22 June 2010 10:32
Kita mendapat pelajaran yang sangat berharga dari Hâtim Al Asham ketika fenomena tayangan “ghibahtainmen” merajalela

oleh: Ali Akbar bin Agil*

ADA seorang perempuan datang kepada Syaikh Hâtim Al Asham untuk bertanya tentang sebuah persoalan. Saat bertanya, tiba-tiba keluarlah suara kentut dari perempuan itu dan ia merasa sangat malu.

“Keraskan suaramu!,” teriak Hâtim dengan keras untuk mengesankan seolah ia tuli.

Si perempuan merasa senang dan mengira kalau Hâtim tidak mendengar suara kentutnya. Karena kejadian itulah, kemudian Syaikh Hâtim mendapat julukan Al Asham (si tuli).

Kita mendapat pelajaran yang sangat berharga dari Hâtim Al Asham. Kita memperoleh hikmah menutup rapat-rapat keburukan orang lain, tidak mengumbarnya sebagaimana terjadi saat ini, di mana fenomena tayangan ghibahtainmen yang menceritakan kekisruhan rumah tangga orang lain, membeberkan perselingkuhan serta perzinaan, terjadi dengan begitu vulgar dan massif.

Ironisnya, para pemilik modal dan pengelola program tercela ini berkilah jika acara (ghibah) ini dianggap mendidik masyarakat untuk lebih cerdas.

Sebuah alasan yang tidak masuk akal. Alih-alih mencegah, yang terjadi justru masyarakat dijejali oleh berita-berita keburukan orang yang mungkin akan dicontoh oleh mereka. Apalagi pihak bersangkutan yang diwartakan merupakan public figuree.

Tidak berlebihan bila PBNU lewat fatwanya dalam Munas Alim Ulama NU se-Indonesia di asrama Haji Sukolilo, Surabaya (27-30 Juli 2006), menuntut kepada pemerintah, dalam hal ini Departemen Komunikasi dan Informasi, untuk melarang program infotainment yang berisi ghibah alias membeberkan aib orang lain, apakah itu berupa perselingkuhan, perceraian, atau percekcokan rumah tangga, dan sejenisnya.

Fatwa ini perlu direkomendasikan sebagai bentuk pertanggungjawaban para ulama kepada umatnya. Sebab jika keadaan demikian ini dibiarkan begitu saja, lama-lama akan membuat bangsa kita menjadi bangsa penggunjing. Akibatnya, ajang berkumpul sesama teman atau keluarga rasanya kurang afdhal bila tidak dibumbui dengan ngerasani (menggunjing) atau menggosip. Sungguh sebuah dilema yang berbalik seratus lapan puluh derajat dengan apa yang terjadi pada diri Syekh Hatim.

Lantas, bagaimana kita bisa mengetahui aib diri sendiri? Imam Al Ghazali dalam kitabnya yang terkenal, Ihya` `Ulumuddin, mengetengahkan carajitu menyingkap kekurangan yang melekat pada diri kita. Beliau menyarankan untuk menempuh empat cara:

Pertama, duduk di hadapan seorang guru yang mampu mengetahui keburukan hati dan berbagai masalah yang tersembunyi di dalamnya. Kemudian ia memasrahkan dirinya kepada sang guru dan mengikuti petunjuknya dalam ber-mujahadah membersihkan aib itu. Ini adalah keadaan seorang murid dengan Syaikhnya dan seorang pelajar dengan gurunya. Sang guru akan menunjukkan aib-aibnya serta cara pengobatannya. Namun, di zaman sekarang guru semacam ini langkah.

Kedua, mencari seorang teman yang jujur, memiliki bashiroh (mata hati yang tajam), dan berpegang pada agama. Ia kemudian menjadikan temannya itu sebagai pengawas yang mengamati keadaan, perbuatan, serta semua aib batin dan lahirnya, sehingga ia dapat memberi peringatan kepadanya. Demikianlah yang dilakukan oleh orang-orang cerdik, orang-orang terkemuka, dan para pemimpin agama.

Ketiga, berusaha mengetahui aib dari ucapan musuh-musuhnya sebab pandangan yang penuh kebencian akan menyingkapkan keburukan seseorang. Bisa jadi manfaat yang diperoleh seseorang dari musuh yang sangat membencinya dan suka mencari kesalahannya lebih banyak dari teman yang suka bermanis muka, memuji dan menyembunyikan aib-aibnya. Akan tetapi, sudah menjadi watak manusia untuk mendustakan ucapan musuh-musuhnya dan menganggapnya sebagai ungkapan kedengkian. Hanya orang yang memiliki mata hati jernih yang mampu memetik pelajaran dari keburukan dirinya yang disebutkan oleh musuhnya.

Keempat, bergaul dengan masyarakat. Setiap kali melihat perilaku tercela seseorang, maka ia segera menuduh dirinya sendiri yang juga memiliki sifat tercela itu. Kemudian ia menuntut dirinya untuk segera meninggalkannya. Sebab, seorang mukmin adalah cermin bagi mukmin lainnya. Ketika melihat aib orang lain ia akan melihat aib-aibnya sendiri. [*penulis mahasiswa Pasca Sarjana Jurusan Pendidikan Bahasa Arab UIN Maliki Malang]

Tuesday, October 12, 2010

توبة الأعضاء

Enam Taubatnya Anggota Tubuh
Monday, 11 October 2010 13:20
Taubatnya pendengaran dengan tidak menyimak kebatilan. Taubatnya kemaluan dengan berhenti berbuat keji

oleh: Ali Akbar bin Agil*

MENJAGA hati merupakan pekerjaan berat. Butuh kesungguhan dalam menghadapi godaan yang datang secara bertubi-tubi yang terkadang membuat kita terkapar menyerah dengan keadaan yang ada. Padahal, hati laksana mahkota dalam jiwa.

Hati, sebagaimana diungkap oleh Syaikh Abdullah bin Alwi Al-Haddad, adalah raja seluruh angota tubuh. Hati merupakan sumber akidah, akhlaq, niat yang tercela maupun terpuji. “Seseorang tidak akan memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat kecuali sanggup menyucikan hatinya dari keburukan dan kehinaan serta menghiasinya dengan kebaikan dan keutamaan,” tulisnya.

Di sinilah, sekali lagi, pentingnya menata hati. Dalam diri kita, seperti menirukan sabda Nabi Muhamad SAW, “Ada segumpal daging. Jika dia baik maka baiklah seluruh tubuh ini dan jika dia buruk, maka buruklah seluruh tubuh, itu adalah hati.” (HR. Bukhari-Muslim).ان في الجسد مضغة اذاصلحت صلح الجسد كله واذا فسدت فسد الجسد كله ألا وهي القلب؛ اوكماقال رسول الله صلي الله عليه وسلم

Supaya tidak terjerumus dalam kubangan maksiat yang membuahkan penyesalan tiada terperihkan, ada baiknya kita melakukan langkah-langkah berikut ini.

Pertama, jangan memulai berbuat maksiat. Proses terjadinya maksiat diceritakan secara detail oleh Ibnu Qayyim. Katanya, “Lawanlah lintasan itu! Jika dibiarkan, ia akan menjadi fikrah (gagasan). Lawanlah fikrah itu! Jika tidak, ia akan menjadi syahwat. Perangilah syahwat itu! Jika tidak, ia akan menjadi `azimah (hasrat). Apabila ini juga tidak dilawan, ia akan berubah menjadi perbuatan. Dan jika perbuatan itu tidak Anda temukan lawannya maka ia akan menjadi kebiasaan, dan setelah itu susah bagimu meninggalkannya.”

Sekecil apapun peluang maksiat, tutup segera. Membuka hati untuk maksiat sama saja mempersilakan diri kita dijarah oleh setan dan dosa. Sebuah maksiat akan melahirkan maksiat berikutnya. Demikian seterusnya, lambat laun ia menjadi sebuah tren dalam denyut kehidupan seseorang. Sehingga membutuhkan energi yang luar biasa untuk menghentikan luapan maksiat tersebut.

Kedua, menjernihkan hati. Hati yang jernih membuat kita lebih sensitif terhadap maksiat. Menjernihkan hati diawali dengan zuhud. Hidup zuhud bukan berarti lari dari dunia, menjauhi manusia. Tapi menjalani pola hidup dengan kebersahajaan, kesejajaran, tidak berlebihan, proposional, dan sesuai kebutuhan bukan yang selaras keinginan.

Ibrahim bin Adham ditanya oleh seseorang, “Bagaimana engkau mendapatkan zuhud?” Ibrahim menjawab, “Dengan tiga perkara: (1) Saya melihat keadaan kubur yang mengerikan sedang belum kudapati pelipur (2) Saya melihat sebuah jalan yang panjang sementara belum kumiliki bekal (3) Dan saya melihat Allah yang Maha Perkasa mengadili, padahal saya belum memiliki hujjah (argumentasi).”

Kejernihan hati menjadi sumber ketenteraman hidup. Tidak gusar dan gelisah atas apa yang tidak ada serta selalu bersyukur dengan apa yang ada. Sebaliknya, kegersangan hati sebagai akibat ketidakmampuan mengendalikan diri, membuat gerakan dan nafas tersenggal-senggal, terseok-seok tak tentu arah.

Ketiga, bertaubat. Tidak ada manusia suci selain para Nabi dan Rasul. Jika suatu saat kita melakukan maksiat baik disengaja ataupun tidak, solusinya adalah dengan bertaubat, memohon ampun kepada Allah.Jika dosa itu berhubung langsung dengan Allah,tetapi sekiranya dosa itu bersangkutan dengan sesama manusia,maka kita harus bahkan wajib berjumpa dengan orang tersebut sambil memohon maaf, Inilah cara ketiga.

Taubat dari segala tindak tanduk maksiat, mulai anggota tubuh hingga ke dalam hati. Dzun Nun Al-Misri menjelaskan cara taubat secara menyeluruh. Ia berkata, “Setiap anggota tubuh manusia ada ‘jatah’ taubatnya: (1) Taubatnya hati dengan berniat meninggalkan hal-hal yang dilarang (2) Taubatnya mata dengan menundukkan pandangan dari hal-hal yang haram (3) Taubatnya kedua tangan dengan meninggalkan penggunaan sesuatu yang bukan haknya (4) Taubatnya kedua kaki dengan meninggalkan usaha berjalan ke tempat-tempat yang membuat lalai kepada Allah (5) Taubatnya pendengaran dengan tidak menyimak kebatilan (6) Taubatnya kemaluan dengan berhenti berbuat keji.”

Tiga cara tersebut merupakan upaya mengorganisasikan kembali hatiku, hatimu, dan hati kita yang centang-perenang. Semoga dapat memaafkan segala kesalahan kita amien.

Sunday, October 10, 2010

176 Tangga Mesjid al-Haram

يعمل عليها 695 موظفاً على مدار الساعة لراحة الرواد
مكة المكرمة: أحمد عامر

يصل أبواب المسجد الحرام إلى (176) بابا تؤدي إلى المسجد الحرام وسطحه وقبوه حيث يتم فتحها جميعاً خلال شهر رمضان المبارك ويعمل عليها ستمائة وخمسة وتسعون موظفاً رسمياً وموسمياً وذلك لفتح جميع الأبواب والعمل على مدار الساعة ويعمل على الأبواب المخصصة للنساء مائة وعشرون مراقبة. ولقد زودت أبواب المسجد الحرام بلوحات رقمية ارشادية تضيء باللون الأخضر حال وجود امكانية لدخول المصلين وتضيء باللون الأحمر حال اكتمال الطاقة الاستيعابية للمسجد الحرام.
ويصل عدد السلالم الكهربائية إلى أحد عشر سلماً خصص لها أربعة وثلاثون بابا تؤدي إلى المسجد الحرام وتعمل هذه على انسيابية الدخول والخروج كما خصصت الرئاسة (20) مدخلاً لذوي الحاجات الخاصة وهي باب الملك عبدالعزيز وباب أجياد الجديد وباب حنين وباب الصفا ومصاعد سلم الأرقم ومصاعد سلم المروة وباب المروة ومصاعد سلم مراد ومصاعد سلم القرارة وباب القرارة وباب الفتح (مزلقان) باب الفتح باب المدينة جسر المدينة جسر الندوة باب العمرة باب (64) باب (74) باب (84) باب (94) ، وأوضح طلال بن صالح الثقفي مدير ادارة الأبواب بالمسجد الحرام أن العاملين على الأبواب يقومون بمراقبة ما يدخل إلى المسجد الحرام بحيث يمنع دخول ما يضر المعتمرين والمصلين ويؤدي إلى ازعاجهم كما يمنع دخول العفش والحقائب بأنواعها وعدم دخول ما يؤثر على حركة السير داخل المسجد الحرام ومنع دخول كل ما يؤثر على نظافة وقدسية المسجد الحرام من مأكولات ومشروبات عدا التمر والقهوة.
وتأمل إدارة الأبواب من زوار المسجد الحرام التعاون مع العاملين على الأبواب والاسهام في المحافظة على نظافة وقدسية المسجد الحرام وعدم ادخال الحقائب والعفوش ونحوها إلى المسجد الحرام والاستفادة من صناديق الأمانات التي وضعت لحفظ الأمتعة كما يجب مراعاة عدم الدخول إلى المسجد الحرام وقت خروج المصلين بعد الصلاة مباشرة حيث يتسبب ذلك باختناقات لا قدر الله كذلك عدم دخول عربات الأطفال لما تسببه من عرقلة للحركة داخل المسجد الحرام وأن ادارة الأبواب في المسجد الحرام تحرص على تسخير كل ما يسهم في أداء المناسك براحة وطمأنينة.


المصدر : جريدة الندوة , ( الأربعاء 15/09/1431هـ ) 25/ أغسطس /2010 العدد : 769
________________________________________

176 Tangga Mesjid al-Haram

يعمل عليها 695 موظفاً على مدار الساعة لراحة الرواد
مكة المكرمة: أحمد عامر

يصل أبواب المسجد الحرام إلى (176) بابا تؤدي إلى المسجد الحرام وسطحه وقبوه حيث يتم فتحها جميعاً خلال شهر رمضان المبارك ويعمل عليها ستمائة وخمسة وتسعون موظفاً رسمياً وموسمياً وذلك لفتح جميع الأبواب والعمل على مدار الساعة ويعمل على الأبواب المخصصة للنساء مائة وعشرون مراقبة. ولقد زودت أبواب المسجد الحرام بلوحات رقمية ارشادية تضيء باللون الأخضر حال وجود امكانية لدخول المصلين وتضيء باللون الأحمر حال اكتمال الطاقة الاستيعابية للمسجد الحرام.
ويصل عدد السلالم الكهربائية إلى أحد عشر سلماً خصص لها أربعة وثلاثون بابا تؤدي إلى المسجد الحرام وتعمل هذه على انسيابية الدخول والخروج كما خصصت الرئاسة (20) مدخلاً لذوي الحاجات الخاصة وهي باب الملك عبدالعزيز وباب أجياد الجديد وباب حنين وباب الصفا ومصاعد سلم الأرقم ومصاعد سلم المروة وباب المروة ومصاعد سلم مراد ومصاعد سلم القرارة وباب القرارة وباب الفتح (مزلقان) باب الفتح باب المدينة جسر المدينة جسر الندوة باب العمرة باب (64) باب (74) باب (84) باب (94) ، وأوضح طلال بن صالح الثقفي مدير ادارة الأبواب بالمسجد الحرام أن العاملين على الأبواب يقومون بمراقبة ما يدخل إلى المسجد الحرام بحيث يمنع دخول ما يضر المعتمرين والمصلين ويؤدي إلى ازعاجهم كما يمنع دخول العفش والحقائب بأنواعها وعدم دخول ما يؤثر على حركة السير داخل المسجد الحرام ومنع دخول كل ما يؤثر على نظافة وقدسية المسجد الحرام من مأكولات ومشروبات عدا التمر والقهوة.
وتأمل إدارة الأبواب من زوار المسجد الحرام التعاون مع العاملين على الأبواب والاسهام في المحافظة على نظافة وقدسية المسجد الحرام وعدم ادخال الحقائب والعفوش ونحوها إلى المسجد الحرام والاستفادة من صناديق الأمانات التي وضعت لحفظ الأمتعة كما يجب مراعاة عدم الدخول إلى المسجد الحرام وقت خروج المصلين بعد الصلاة مباشرة حيث يتسبب ذلك باختناقات لا قدر الله كذلك عدم دخول عربات الأطفال لما تسببه من عرقلة للحركة داخل المسجد الحرام وأن ادارة الأبواب في المسجد الحرام تحرص على تسخير كل ما يسهم في أداء المناسك براحة وطمأنينة.


المصدر : جريدة الندوة , ( الأربعاء 15/09/1431هـ ) 25/ أغسطس /2010 العدد : 769
________________________________________