Monday, September 6, 2010

رمضان مدرستي

Home Berita Ramadhan Mubarak Kajian Ramadhan
Ramadhanku, Madrasahku
Wednesday, 01 September 2010 08:58 KAJIAN RAMADHAN
Perumpamaan orang beriman tidak seperti ulat, tidak pula seperti lalat, yang senang kotor. Tapi ia seperti lebah

Muhammad Qutub dalam salah karya spektakulernya “ Manhajut Tarbiyah Al-Islamiyyah Nadhariyyah wa Tathbiqan I,II. Menjelaskan definisi pendidikan secara unik. Bahkan mungkin belum pernah kita temukan dalam defenisi dunia pendidikan modern.

Beliau menyebut pendidikan sebagai, “Fannu tasykilil insana ‘aqliyyan, syu’uriyyan, ruhiyyan, wa jismiyyan ila haddi kamali syakhshiyyatih.” (seni memformat manusia baik dari sisi intelektualitas, rasa, spiritual, karsanya menuju batas kematangan kepribadiannya secara sinergis).

Ada tiga komponen yang amat menentukan keberhasilan sebuah pendidikan. Yaitu input, proses dan out put. Jika salah satu unsur dari ketiganya kurang ideal, maka mustahil melahirkan out put yang diharapkan pula. Dan puasa Ramadhan memadukan secara sinergis ketiga komponen tersebut.

Sumber Daya Mukmin

Hanya orang beriman yang menjadi sasaran taklif (beban) berpuasa Ramadhan. Karena hanya orang beriman yang tergerak hatinya, memiliki responsibilitas dalam menyambut seruan-Nya. Sedangkan orang munafiq memandang panggilan-Nya seperti suara sayup-sayup nun jauh disana. Keyakinan orang beriman dibuktikan dengan anggota tubuh. Ia taat kepada Allah SWT secara lahir dan batin. Tanpa sedikitpun ada rasa keberatan.

Iman adalah sumber energi jiwa yang senantiasa memberikan kekuatan yang tidak ada habis-habisnya untuk bergerak menyemai kebaikan, kebenaran dan keindahan dalam taman kehidupan, atau bergerak mencegah kejahatan, kebatilan dan kerusakan di permukaan bumi. Iman adalah gelora yang mengalirkan inspirasi kepada akal pikiran, maka lahirlah bashirah (mata hati). Sebuah pandangan yang dilandasi oleh kesempurnaan ilmu dan keutuhan keyakinan.

Iman adalah cahaya yang menerangi dan melapangkan jiwa kita, maka lahirlah taqwa. Sikap mental tawadhu (rendah hati), wara (membatasi konsumsi dari yang halal), qona’ah (puas dengan karunia Allah), yaqin (kepercayaan yang penuh atas kehidupan abadi). Iman adalah bekal yang menjalar di seluruh bagian tubuh kita, maka lahirlah harakah. Sebuah gerakan yang terpimpin untuk memenangkan kebenaran atas kebatilan, keadilan atas kezaliman, kekauatan jiwa atas kelemahan. Iman menentramkan perasaan, mempertajam emosi, menguatkan tekat dan menggerakkan raga.

Iman mengubah individu menjadi baik, dan kebaikan individu menjalar dalam kehidupan masyarakat, maka masyarakat menjadi erat, dekat dan akrab. Yang kaya di antara mereka menjadi dermawan, yang miskin menjadi ‘iffah (menjaga kehormatan dan harga diri), yang berkuasa menjadi adil, yang ulama menjadi takwa, yang kuat menjadi penyayang, yang pintar menjadi rendah hati, yang bodoh menjadi pembelajar, yang memiliki kedudukan tinggi bisa dijadikan tempat bernanung bagi yang rendah. Ibadah mereka menjadi sumber kekuatan dan kemudahan, kesenian menjadi sumber inspirasi dan spirit kehidupan.

Syekh Muhammad Al Ghazali berkata dalam bukunya “Khuluqul Muslim.”

“Apabila iman telah menyatu jiwa, hanya Allah yang paling berkuasa, segala yang maujud ini hanya makhluq belaka (mumkinul wujud). Keyakinan yang kuat dan tumbuh berkembang dengan subur, laksana mata air yang tidak pernah kering sumbernya, yang memberikan dorongan kepada pemiliknya semangat pengabdian, ibadat secara terus-menerus, mampu memikul tanggngjawab dan menanggulangi kesulitan dan bahaya yang dihadapinya. Pengabdian itu dilakukan tak mengenal lelah sampai menemui ajal tanpa ada rasa takut dan cemas.

Iman memberi kekuatan kepada pemiliknya untuk menempuh perjalanan hidup dalam beribadat dan beramal kepada Allah dan masyarakat. Jika ia berbicara ia yakin dengan pembicaraannya, apabila ia bekerja ia sungguh-sungguh dalam pekerjaannya, apabila ia memimpin ia bertanggungjawab terhadap yang dipimpinnya. Apabila ia melangkah menuju cita-cita dan ide-ide yang memenuhi akal fikirannya maka ia yakin dan pantang menyerah dan ragu-ragu. Ia tidak goncang hatinya, sekalipun digertak oleh siapapun, asal masih tetap dalam batas-batas kebenaran.”

“…..bekerjalah kamu sesuai dengan keadaanmu, sesungguhnya aku akan bekerja pula, maka kelak kamu akan mengetahui. Siapa yang akan mendapat siksa yang menghinakannya dan lagi ditimpa oleh azab yang kekal.” (QS. Az Zumar : 39-40).

Orang mukmin adalah sosok manusia yang memiliki prinsip hidup yang dipeganginya dengan erat. Ia berkerja sama dengan siapapun dalam kebaikan dan ketakwaan. Jika lingkungan sosialnya mengajak kepada kemungkaran, ia mengambil jalan sendiri.

“Janganlah ada di antara kamu menjadi orang yang tidak mempunyai pendirian, ia berkata : Saya ikut bersama-sama orang, kalau orang-orang berbuat baik, saya juga berbuat baik, dan kalau orang-orang berbuat jahat sayapun berbuat jahat. Akan tetapi teguhkanlah pendirianmu. Apabila orang-orang berbuat kebajikan, hendaklah engkau juga berbuat kebajikan, dan kalau mereka melakukan kejahatan, hendaknya engkau menjauhi perbuatan jahat itu.” (HR. Turmudzi).

Orang mukmin yang sejati mempunyai harga diri, tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang hina. Apabila ia terpaksa melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak pantas, perbuatannya itu ia sembunyikan dan tidak dipertontonkan di hadapan orang banyak. Ia masih memiliki rasa malu jika aibnya diketahui dan ditiru orang banyak.

Seorang mukmin berani menegakkan kebenaran sekalipun rasanya pahit. Untuk memenuhi perintah Allah, tidak untuk memperoleh maksud duniawi yang rendah dan untuk tujuan jangka pendek dan kenikmatan sesaat (mata’uddunya). Ia jika ia membiarkan kebatilan mendominasi kehidupan, maka imannya terjangkiti virus kelemahan. Seorang mukmin teguh pendirianya, bagaikan batu karang di tengah lautan. Tegar dari amukan badai dan hempasan gelombang serta pasang surut lautan.

Iman memberikan ketegaran jiwa kepada pemiliknya, sekalipun berhadapan dengan kezaliman raja, bahkan melawannya.

Mereka berkata: "Kami sekali-kali tidak akan mengutamakan kamu daripada bukti-bukti yang nyata (mukjizat), yang telah datang kepada kami dan daripada Tuhan yang telah menciptakan kami; Maka putuskanlah apa yang hendak kamu putuskan. Sesungguhnya kamu hanya akan dapat memutuskan pada kehidupan di dunia Ini saja.” (QS. Thaha (20) : 72).

Iman yang memberikan ketenangan jiwa Nabi Musa as. ketika dihadapkan dengan kenyataan pahit.

“Maka setelah kedua golongan itu saling melihat, berkatalah pengikut-pengikut Musa : Sesungguhnya kita benar-benar akan tersusul. Musa menjawab : Sekali-kali tidak akan tersusul, sesungguhnya Tuhanku bersamaku, kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku. Lalu Kami wahyukan kepada Musa : Pukullah lautan itu dengan tongkatmu. Maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan adalah bagaikan gunung yang besar.” (QS. 26 : 61-63).

Iman-lah yang menjadikan Nabiyullah Muhammad Saw tertidur dengan pulas sekalipun nyawanya sedang terancam.

“Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya : Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita.” (QS. 9 : 40).

Kedudukan, kekayaan, kepandaian yang tidak ditemani oleh iman akan membuat pemburunya kecewa. Disangka berupa air yang bisa membasahi kerongkongan yang kering karena kehausan. Setelah didatanginya hanya berupa fatamorgana.

“Dan orang-orang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apapun. dan didapatinya (ketetapan) Allah disisinya, lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup dan Allah adalah sangat cepat perhitungan-Nya.” [*].(QS. 24 : 39).

Sementara orang-orang kafir, karena amal-amal mereka tidak didasarkan atas iman, tidaklah mendapatkan balasan dari Tuhan di akhirat walaupun di dunia mereka mengira akan mendapatkan balasan atas amalan mereka itu.

Kata Nabi saw, komunitas mereka laksana taman yang menghiasi kehidupan. Di huni oleh para ulama yang mengamalkan ilmunya. Para umara yang mengelola kekuasaanya dengan keadilan. Para pebisnis yang berniaga dengan kejujuran. Masyarakat bawah yang rajin beribadah. Dan para kaum profesional yang bekerja dengan taat aturan. Iman yang mengubah manusia fatalis, konsumtif, menjadi sosok yang produktif, kreatif, inovatif dan dinamis.

“Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin[teguh kepercayaannya kepada kebenaran nubuwwah], orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. dan mereka Itulah teman yang sebaik-baiknya.” (QS. An Nisa (4) : 69).

Dengan iman yang terpatri di dalam hati nurani, Bilal bin Rabah mampu bertahan di bawah tekanan batu karang raksasa dengan terik matahari padang pasir yang membakar tubuh hitam kelamnya. Ia sukses membunuh majikannya dalam peristiwa perang Badar. Ia yang semula seorang budak bisa berubah menjadi manusia besar.

Abu Bakar yang lembut, selalu meneteskan air mata setiapkali menjadi imam shalat, menjadi sangat keras dan tegar melebihi ketegasan Umar bin Khathab ketika memerangi kaum murtaddin (keluar dari Islam dan menolak syariat zakat). Umar bin Khathab yang terhormat, dengan sukarela membawa gandum ke rumah seorang perempuan miskin di kegelapan malam.

Khalid bin Al Walid, si pedang terhunus, menyukai malam-malam dingin dalam jihad fii sabilillah daripada seorang cantik di malam pengantin. Ali bin Abi Thalib bersedia memakai selimut Rasulullah saw dan tidur di kasur beliau ketika dikepung para algojo menjelang hijrah, atau menghadiri pengadilan saat beliau menjadi khalifah untuk diperkarakan dengan seorang warganya yang Yahudi tulen.

Utsman bin Affan dengan senang hati membeli sumur “Raumah” milik Yahudi dengan harga dua kali lipat untuk mengatasi krisis air yang menimpa kaum muslimin Madinah. Ia menginfakkan seluruh hartanya pada medan peperangan yang dikenal sulit (jaisyul usrah), perang Tabuk.


Sejarah Islam sepanjang lima belas abad ini mencatat, kaum muslimin meraih kemenangan-kemenangan dalam berbagai peperangan, mewujudkan kemakmuran dan keadilan, mengembangkan berbagai cabang ilmu pengetahuan dalam peradaban…ketika iman mewarnai seluruh aspek kepribadian setiap individu muslim. Memperkuat stamina ruhaniyah, mencerdaskan akal dan menggerakkan pisik mereka.

Tetapi sejarah juga menorehkan luka. Pasukan Tartar membantai 80.000 orang kaum muslimin di Baghdad, pasukan Salib menguasai Al Quds selama satu abad kurang sepuluh tahun, surga Andalus (Spanyol) hilang dari genggaman kaum muslimin dan direbut kembali kaum Salib, Khilafah Utsmaniyah di Turki dihancurkan gerakan Zionisme Internasional. Apakah penyebab kehancuran itu semua ?……Krisis iman (azmatul iman). Saat dimana iman hanya sebagai slogan, dan tidak merasuk di dalam jiwa dan pikiran, tidak memberi vitalitas dan dinamika dalam kehidupan, lalu tenggelam dalam lumpur syahwat. Gila tahta, harta dan wanita. Terjangkiti virus syubhat (salah paham terhadap kebenaran) dan ghoflah (lalai dari misi kehidupan).

Karena itulah penguasa dan para umara menjadi zhalim dan diktator (thughyan), orang kaya menjadi pelit, orang miskin menjadi pengkhianat, orang bodoh menjadi tidak tahu diri (sombong), dan tentara mereka tidak memiliki nyali. Dan kalangan bawah kurang asah, asuh dan asih serta kurang ajar.

Nabi saw melukiskan kondisi komunitas yang tegak tidak dilandasi oleh iman akan diisi oleh ulama yang dengki, umara yang zhalim, para kaum awam beribadah karena riya’, pengusaha yang berkhianat dan kaum professional yang tidak patuh hukum (tidak disiplin). Sehingga kehidupan mereka seperti berdiam di hutan (al ghabah). Hukum yang diberlakukan laksana hukum rimba. Tumpul untuk kalangan elit dan tajam untuk level grass root. Sehingga melukai rasa keadilan. Hukum bisa ditarik kesana kemari sesuai dengan selera zaman.

Manusia Baru

Perumpamaan orang beriman tidak seperti ulat, bila ia hinggap di daun yang segar, maka tempat yang dihinggapi digulung dan dihabiskan, sedangkan dirinya semakin gemuk. Tidak pula seperti lalat, ia suka di tempat yang kotor dan pergi kemana saja selalu membawa penyakit.

Rasulullah saw. bersabda : “Perumpamaan seorang mukmin itu laksana lebah. Apabila ia makan, ia makan barang yang baik. Dipilihnya makanan yang halal. Dipilihnya bungan yang indah dan harum tempat untuk hinggap. Dan apabila ia mengeluarkan sesuatu dari badannya, yang dikeluarkannya berupa barang yang baik, madu manis dan segar, bisa menjadi obat bagi manusia. Dan apabila ia hinggap, sekalipun di sebuah ranting yang lapuk, maka sedikitpun tidak rusak.”

Setelah sebelas bulan manusia tidak pernah istirahat makan dan minum serta berhubungan sebadan, bahkan tidak sedikit yang memenuhi kebutuhan jasmaninya secara berlebih-lebihan, ketika berpuasa perut dan jasmani berhenti sejenak untuk melakukan pertapaan.

Insya Allah dengan mengendalikan nafsu lewat pelaksanaan ibadah puasa selama sebulan penuh, kita menjadi manusia baru.

Sikap mental yang memiliki kemiripan dengan ulat yang serakah, dan tidak memiliki rasa malu, dengan berpuasa Ramadhan menjadi manusia yang bermental seperti kupu-kupu. Penampilannya menyejukkan dalam pergaulan dengan sekelilingnya. Sungguh puasa Ramadhan merupakan training untuk memformat diri menjadi manusia baru. Mukmin yang muttaqi. Semoga Ramadhan menjadikan kita sebagai madrasah dan sekolah untuk mendidik hati dan jiwa kita.
نقلا من هداية الله

Tuesday, 07 September 2010

IKLAN BARIS
tokoherbalonline.com
Sedia Jus Noni Javanony cocok untuk
hipertensi, kolesterol, diabetes dll.
www.metromediaenterprise.com/
Pertama di Indonesia!
Metode Belajar Haji & Umrah Spektakuler Plus 14 VCD Belajar Manasik Terbaru
www.serbaadamuslim.com
GROSIR KAOS KAKI, tersedia aneka warna, dibutuhkan reseller seluruh Indonesia. Hub. Rina 08155100517
www.busanabajumuslim.com
Busana Muslim Istimewa.
Istimewa kualitasnya.
Istimewa Murahnya.
Istimewa Hadiahnya
RAMADHAN MUBARAK
[Berita Foto] Masjidil Haram pada Malam 27 Ramadhan
[Berita Foto] Antrian Masuk Al-Quds
[Berita Foto] Persiapan Kue Lebaran
Lebih dari 3.800.000 Jamaah Umroh Telah Tiba
Muslim Inggris Tetap Hidupkan Suasana Ramadhan
Ramadhanku, Madrasahku
Memburu 10 Hari Terakhir Ramadhan
Ramadhan Momentum Pererat Ukhuwah
BEM UI Gelar Buka Bersama dengan Santri
Ramadhan di Makkah: Hari-hari al-Qur’an

IklanDownloadHubungi Kami

No comments:

Post a Comment